Rabu, 17 Juni 2015

laporan praktikum amfibi



LAPORAN PRAKTIKUM
ZOOLOGI VERTEBRATA

MAMALIA


Dosen Pembimbing:
Awalul Fatiqin M.si


Oleh:
Gestri Rolahnoviza
NIM: 12222040

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Penemuan-penemuan fosil yang luar biasa selama lebih dari 20 tahun terakhir telah memungkinkan para ahli paleontologi menkonstruksi dengan yakin tentang asal usul tetrapoda. Keanekaragaman tetrapoda yang luar biasa muncul selama periode Devon dan Karbon, dan beberapa spesies mencapai panjang 2 m. Apabila menilai dari morfologi dan lokasi penemuan fosil, sebagian besar tetrapoda awal ini mungkin tetap tak terpisahkan dari air, ciri yang juga dimiliki oleh beberapa anggota kelompok tetrapoda yang masih ada, yang disebut amfibia (Campbell, 2012).
            Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air (Anonim, 2011).
            Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan (Anonim, 2011).
Kelas amfibi kini hanya di wakili sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo Urodela), katak (ordo anura), dan sesilia (ordo apoda). Hanya terdapat sekitar 550 spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya akuatik, namun yang lain hidup di daratan sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar salamander yang hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan, ciri yang diwarisi tetrapoda darat awal (Campbell, 2012).


1.2    Tujuan
Melalui pengamatan morfologi katak mahasiswa diharapkan mampu:
1.        Mentebutkan bagian-bagian tubuh katak, yaitu kepala (caput), dan organ-organ yang ada di dalamnya, leher (servick), badan (truncu), dan anggota badan ekstrimitas.
2.        Mengamati ciri-ciri intergument dari katak
3.        Menunjukkan system rangka pada katak
4.        Menunjukkan topografi organ-organ visceral pada katak.
























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ciri-Ciri Amfibi
Ciri-ciri dari amfibi adalah sebagai berikut (Jasin, 1984):
1.        Kulit selalu basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar
2.        Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4 – 5 atau lebih sedikit, tidak bersirip.
3.        Terdapat dua buah nares (lubang hidung sebelah luar) yang menghubungkan dengan cavum oris. Padanya terdapat klep untuk menolak air. Mata berkelopak yang dapat digerakan, lembar gendang pendengar terletak disebelah luar. Mulut bergigi dan berlidah yang dapat dijulurkan diluar.
4.        Skeleton sebagian besar berupa tulang keras, tempurung kepalanya memiliki condyl, bila memiliki costae tidak menempel pada sternum.
5.        Cor terbagi atas tiga ruangan, yakni dua ruangan auricular dan satu ruangan ventriculum, mempunyai satu atau tiga pasang archus aorticus, erythrocyte berbentuk oval dan bernucleus.
6.        Pernapasannya dengan insang, paru – paru, kulit atau garis mulut.
7.        Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis.
8.        Suhu tubuh tergantung dengan lingkungannya (poikilothermis).
9.        Fertilisasi terjadi diluar atau didalam tubuh, kebanyakan ovivar. Telur berkuning telur dan terbungkus oleh zat gelatin membelah secara holoblastis tidak sama tidak memiliki embryonie.


2.2    Pengertian Amfibi
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang hidup di 2 habitat, yaitu perairan dan daratan. Amfibi memiliki kelembaban kulit yang tinggi sehingga kulitnya relatif licin. Kata amfibi berasal dari kata “amphi” yang berarti ganda dan “bios” yang berarti hidup. Amfibi didefinisikan sebagai hewan-hewan yang dapat hidup di dua habitat, terdapat 5.359 jenis amfibi yang terbagi atas bangsa yaitu Caudata, Anura dan Gymnophiona. Umumnya ordo anura memiliki siklus kehidupan yang mengalami metamorfosis (Rinaldy, 2013).
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Amfibi bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat amfibi diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Rata-rata amfibi mempunyai kulit basah dan lembut agar oksigen dapat dengan mudah masuk menembus kulit. Sebagian besar amfibi dewasa bernafas menggunakan kulit dan juga melalui paru-paru. Kelembaban kulit amfibi dijaga oleh kelenjar khusus dibawah kulitnya. Banyak amfibi menjaga kelembaban kulitnya dengan selalu berada di dekat air. Sebagian besar amfibi lahir dan tumbuh di air tawar kemudian setelah dewasa berpindah ke daratan kering dan kembali ke air untuk berkembang biak. Sebagian besar amfibi menelurkan telur yang lembut. Telur tersebut bisa berbentuk untaian atau gumpalan yang sangat kecil menyerupai jeli (Rinaldy, 2013).

2.3    Klasifikasi Amfibi
Kelas Amfibi dibagi menjadi tiga ordo yaitu, Ordo Urodela (yang berekor), Ordo Anura (yang tak berekor), dan Ordo Apoda (yang tak berkaki) (Rinaldy, 2013).
1.        Amfibi Ordo Caudata (Urodela)
Caudata merupakan ordo amfibi yang memiliki ekor. Jenis ini memiliki tubuh yang panjang, memiliki anggota gerak. Spesies Caudata ada yang bernafas dengan insang dan ada juga yang bernafas dengan menggunakan paru-paru. Salamander yang tidak mempunyai paru-paru maka bernafas menggunakan kulit dan lapisan mulut. Tubuhnya terbagi antara kepala, tubuh dan ekor. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil.
Ada jenis salamander yang tidak pernah dewasa yaitu aksolot. Jadi salamander ini tidak pernah berkembang melebihi tahap larva. Habitat dari salamander adalah di dekat sungai, sungai ataupun kolam. Umumnya salamander memakan serangga.
2.        Amfibi Ordo Anura
Anura merupakan amfibi yang tidak berekor pada saat dewasa. Namun pada siklus hidupnya, ordo Anura atau yang lebih dikenal dengan katak ini memiliki ekor saat pada fase berudu. Ordo ini sering dijumpai dengan tubuhnya seperti sedang jongkok. Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, badan, dan anggota gerak (tetrapoda). Kulitnya cenderung basah karena memiliki kelenjar lendir dibawah kulitnya. Ciri yang paling mencolok adalah tekstur kulitnya, dimana kulit katak lebih halus dari kodok juga bentuk tubuh katak yang lebih ramping dari pada kodok. Kodok dan katak menggunakan kaki belakangnya untuk melompat. Pada pertengahan lompatan, kaki belakang kodok teregang sepenuhnya, kaki depannya ditahan kebelakang, dan kedua matanya tertutup untuk perlindungan. Ketika mendarat, tubuhnya melengkung dan kaki depannya bertindak sebagai rem.  
Kodok termasuk ordo anura yang memiliki perbedaan dengan katak dari bentuk tubuhnya yang lebih ramping dan kakinya yang lebih panjang. Kodok dan katak telah mempunyai indra organ Jacobson di langit-langit mulut sebagai indra pengecap dan pembau dunia luar. Kodok dan katak menggunakan kaki belakang untuk melompat. Katak ataupun kodok mengalami fase metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya. Habitat dalam siklus hidupnya. Habitat kodok dan katak adalah di sungai, kolam, sawah ataupun hutan tropis. Makanan katak dan kodok adalah serangga.

3.        Amfibi ordo Gymnophiona (Apoda)
Gymnophiona merupakan amfibi yang tidak memiliki anggota gerak dan beberapa jenis alat geraknya tereduksi secara fungsional. Tubuh menyerupai cacing, bersegmen, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai mata tertutup oleh kulit. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Habitat gymnophiona (saesilia) yaitu tepi-tepi sungai atau parit atau di bawah tumpukan batu. Makanan dari adalah serangga dan cacing.

2.4    Sistem Peredaran Darah
Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru-paru. Darah dari kedua atrium bersama – sama masuk ventrikel. Walaupun tampaknya terjadi percampuran antara darah yang miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigen namun percampuran diminimalisasi oleh adanya sekat–sekat yang terdapat pada ventrikel. Dari ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah yang bercabang tiga. Arteri anterior mengalirkan darah ke kepala dan ke otak. Cabang tengah (lung aorta) mengalirkan darah ke jaringan internal dan organ dalam badan, sedangkan arteri posterior dilewati oleh darah yang menuju kulit dan paru-paru. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan, darah mengalir ke ventrikel yag kemudian di pompa keluar melalui arteri pulmonalisparu–paru vena pulmonalisatrium kanan. Lintasan peredaran darah ini disebut peredaran darah paru–paru. Selain peredaran darah paru–paru,  pada katak → sinus venosusatrium kanan (Koesoema, 2013).

2.5    Sistem Ekresi
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak iar masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk konserfadsi air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urin yang encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH (Koesoema, 2013).

2.6    Sistem Kelenjar (Endokrin)
Dengan mengambil contoh Katak. Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang disebut hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas – tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat mengaktifkan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifakan bermacam – macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk. Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atcuglandulaehypophysa bagian anterior kelenjar ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama panajang tulang, dn kecuali itu mempengaruhi glandulae thyroidea. Bila seekor berudu diambil dan bagian anterior glandulae hypophysannya, berudu tersebut tak akan tumbuh menjadi katak tapi bila potongan itu ditransplatasikan kembali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagai mana mestinya. Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian anterior hypophysa ini baik secara oral atau suntikan menyebabkan pertumbuhan raksasa.
Pada katak dewasa bagian anterior glandulae pitutaria ini menghasilkan homon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika kita mengadakan implantasi, kelenjar ini dengan suskses pada seekor katak dewasa yang tak dalam keadaan berkembang biak, maka mulai saat itu terjadi perubahan. Implantasi pada hewan betina mengakibatkan hewan itu menghasilkan ovum yang telah masak. Implantasi pada hewan jantan mengakibatkan hewan itu mengahasilkan sperma. Bagian tengah pituitaria akan menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengaturan kromotofora dalam kulit.
Bagian posterior pituitaria menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air. Glandulae phyroidea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thryoid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorfose menjadi katak. Jika kelenjar itu diambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin yang mengatur metabolisme (memacu pengubahan glukosa menjadi glikogen). Pada permukaan luar ginjal terdapat glandula suprarenalis atau glandula adrenalis yang kerjanya berlawanan dengan insulin (mengubah glikogen menjadi glukosa) (Anonim, 2011).




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun dilaksanakannya praktikum zoologi vertebrata tentang Amfibi pada hari Kamis, 19 Juni 2014 pukul 13.20 – 15.00 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Bahan
a.       Alat Praktikum
1.      Mikroskop stereo
2.      Loupe
3.      Gelas arloji
4.      Seperangkat alat bedah
5.      Lap (serbet)
b.       Bahan Praktikum
Kadal yang masih hidup (Mabouya multifacinata).

3.3 Cara Kerja
1.      Persiapan bahan amatan
a.       Menyiapkan katak segar yang masih hidup
b.      Menyediakan alat bantu pengamatan seperti mikroskop stereo, loupe gelas arloji  dan alat-alat lain yang terkait.
2.       Melakukan pengamatan, antara lain:
a.       Katak dibius kemudian diletakkan pada papan seksi selanjutnya diamati di bawah mikroskop stereo.
b.      Dilakukan pengamatan secara morfologi yang meliputi kepala, dan badan.
c.       Bedahlah katak kemudian amatilah bagian anatomi katak tersebut.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Gambar Pengamatan Morfologi Katak

Gamabr pengamatan Cavum Oris


Gambar Pengamatan Muscullus

Gambar Pengamatan Anatomi Katak

4.2    Pembahasan
Morfologi pada katak terdapat Nares anteriores (lubang- lubang kecil) terdapat di sebelah dorsal dari rima oris, celah mulut (rima oris), organon visus (alat penglihatan). Dorsum (bagian atas katak), branchium (lengan atas) antebrachium (lengan bawah) manus (tangan), digity (jari- jari), femur (paha), crus (tungkai bawah), pes (kaki), membran merupakan kulit tipis diantara digity. Pada cavum oris terdapat dentes maxillaries (rahang atas), nares eksterna, Palatum (atap mulut/ langit- langit), nares interna, glottis, dan gigi vomerin. Menurut (Jasin, 1984) Caput dan cervix  yang lebar bersatu pada truncus terdapat dua pasang ekstrimitas, seluruh tubuh terbungkus oleh kulit halus dan licin. Pada kepala terdapat rima oris yang lebar untuk masuknya makanan, nares eksterna mempunyai peranan  dalam pernafasan, sepasang organon visus (mata yang bulat) di belakang mata terdapat membrane tympani untuk menerima getaran suara pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel kelamin.
Ekstrimitas kaki/tangan berukuran pendek terdiri atas branchium (lengan atas), yang berupa humerus, ante branchium (lengan bawah), yang brerupa radio-ulna, carpus (pergelangan tangan), manus (telapak tangan), yang terdiri atas metacarpus dan phalangus (jari-jari). Pada telapak tangan terdapat palm, di bawah jari pada hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim perkawinan.
Ektremitas belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki bawah), yeng terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak) yang terdiri atas metatarsus dan phalangus (jari-jari). Katak adalah bilateral simetris. Alat pencernaan yang tampak dari luar yaitu cavum oris, dibatasi oleh maxxilae (rahang atas) pada sebelah atas, sedang disebelah bawah di batasi oleh mandibulla (rahang bawah) dan os hyoid. Kemudian dilanjutkan oleh pharynx, oesophagus, ventricullus dan intestinum, yang terletak di dalam rongga tubuh. Lingula (lidah), yang berpipih pangkal pada dasar sebelah anterior mulut. Pada permukaannya terdapat kuncup prasa dan papii dilapisi oleh lendir dapat dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mengsa. Lingula disokong oleh os hyoid (yang berupa tulang rawan) yang memungkinkan lidah tegar tapi lemas. Pada maxilla sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedangkan pada atap cavum oris terdapat denta vomerin yang berguna untuk menahan mangsa yang akan ditelan. Dekat denta vomerin terdapat dua lubang nares interna yang berhubungan dengan nares eksterna. Glottis terletak pada median ventral pharynx sebelah belakang lingula, merupakan pintu menuju ke pulmo.
 Pada anatomi katak terdapat, cor (jantung), hepar pada amphibi berwarna coklat, terdiri dari lobus dexter dan lobus sinester. Ventriculus berwarna putih, panjang, sebelah sisi kiri dari linea mediana, intestinum bentuk bulat dan berkelok-kelok, cloaka muara bersama bagi saluran makanan, kelamin dan saluran kencing, pancreas berwarna kekuning-kuningan melekat diantara ventriculus dan duodenum, lien (limpa) merah bulat. Vesicca fellea (kantung empedu).
Pada pengamatan sistem muscullus terdapat saccus branchialis, saccus submaxillaris, saccus pectoralis, saccus abdominalis, saccus lateralis, saccus femoralis, saccus interfemoralis, dan saccus crussalis.
Menurut (Jasin, 1984) saluran pencernaan pada katak meliputi rongga mulut terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa, Esofagus berupa saluran pendek, ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju intestinum (usus) dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal, usus halus meliputi duodenum, jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya, usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan kloaka  merupakan muara  bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urin. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum. Alat pernapasan pada katak berupa insang, kulit, dan paru-paru. Pada berudu pernapasan dilakukan dengan insang luar. Setelah dewasa menggunakan paru-paru berupa dinding dimana dinding ini terdapat banyak ruang. Paru-paru berhubungan dengan udara luar melalui dua bronkus, laring yang mengandung tali-tali volea, lalu faring dan lorong-lorong nasal. Lubang dari faring ke laring berupa celah longitudinal yang disebut glothis.
Pernapasan pada katak melalui kulit tipis yang basah untuk memudahkan difusi gas. Sistem  peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup dan ganda. Pada peredaran darah ganda, darah melalui jantung sebanyak dua kali dalam sekali peredarannya. Pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru dan kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu atrium kiri, kanan, dan ventrikel. Diantara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah dari ventrikel mengalir kembali ke atrium. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di paru-paru. CO2 dilepaskan dan diikat O2. Tetapi di ventrikel terjadi perncampuran CO2dan O2 yang terjadi di dalam darah.
Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal yang terdapat di kanan kiri tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang memanjang ke belakang. Sistem ekskresi pada katak disebut suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem masih bergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem sekresi maupun untuk sistem reproduksi. Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna yang dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan yang dikeluarkan oleh hati, yaitu berupa empedu. Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh.
Katak jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betinanya dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang katak jantan akan memijat perut katak betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat bersamaan katak jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal metamorfosis.




BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang tidak bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Amfibi bertelur di tembat lembab atau berair. Habitat amfibi diantaranya yaitu hutan, kolam, sawah dan danau. Pada praktikum kami mengamati morfologi dan anatomi katak, yaitu  :
1.      Amfibi merupakan ordo dari Anura
2.      Tubuh Amfibi terdiri dari caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), dan caudal (ekor).
3.      Pada anatomi katak terdapat bagian-bagian seperti jantung, hati, usus ginjal dan lain-lain.

5.2    Saran
Pada praktikum tentang amfibi sebaiknya praktikan membawa katak yang besar sehingga pada saat pengamatan morfologi dan anatomi terlihat jelas bagian-bagian dari tubuh katak.














DAFTAR PUSTAKA

A Campbell Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.

Koesoema, Doni. 2013. Hewan Vertebrata. Website: http://www. Pendidikan karakter.org/images/VERTEBRATA%20X-42013. pdf. Diakses pada hari Jum’at, 16 Mei 2014. Pukul 10.00 WIB

Rinaldy. 2013. Amfibi dan Reptil. Website: http://elib. unikom. ac. id/ files/ disk1/ 633/ jbptunikompp-gdl-rinaldyaul-31605-10 unikom_r-i.pdf. Di akses pada hari Kamis,  15 Mei 2014. Pukul 10.20 WIB

Anonim, 2011. Sistematika Amfibi. Website: http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/21967/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada hari Rabu, 18 Juni 2014. Pukul 15.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar