Rabu, 17 Juni 2015

laporan praktikum zoologi vertebrata



LAPORAN PRAKTIKUM
ZOOLOGI VERTEBRATA


AVES


Dosen Pembimbing:
Awalul Fatiqin M.si


Oleh:
Gestri Rolahnoviza
NIM: 12222040

 
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Terdapat sekitar 10.000 spesies burung di dunia. Seperti krokodilia, burung adalah arkosaurus, namun hampir semua ciri-ciri anatominya telah termodifikasi di dalam adaptasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin (Campbell, dkk. 2008).
Analisis kladistik dari burung dan fosil reptil mengindikasikan bahwa burung tergolong ke dalam kelompok sauriskia bipedal yang disebut tetropod. Sejak akhir 1990-an. Para ahli palaentologi Cina telah menggali banyak sekali fosil tetrapod  berbulu yang mnegungkapkan asal-usul burung. Beberapa spesies dinosaurus berkerabat dekat dengan burung-burung yang memiliki bulu dengan helaian halus (vane), dan terdapat lebih banyak spesies yang memiliki bulu berfilamen. Temuan semacam itu mengimplikasikan bahwa bulu telah di evolusikan jauh sebelum kemampuan terbang yang kuat. Fungsi yang mungkin dijalankan oleh bulu-bulu awal antara lain adalah insulasi, kamuflase, dan pertunjukkan percumbuan (Campbell, dkk. 2008).
Sekitar 150 juta tahun lalu tetropoda berbulu telah berevolusi menjadi burung. Archaeopteryx, yang ditemukan disebuah pertambangan gamping di Jerman. Pada 1861, tetap merupakan burung tertua yang diketahui. Burung ini merupakan sayap berbulu namun masih mempertahankan karakter-karakter nnek moyang seperti gigi, jari bercakar pada sayap, dan ekor yang panjang (Campbell, dkk. 2008).
  Archaeopteryx terbang dengan baik pada kecepatan tinggi seperi burung masa kini, ia tidak dapat lepas landas dari posisi berdiri. Fosil-fosil burung yang muncul berikutnya pada periode kreta menunjukkan hilangnya ciri-ciri nenek moyang dinosaurus tertentu secara bertahap.

1.2  Tujuan
Melalui pengamatan tentang kelas Aves, mahasiswa di harapkan mampu :
1.      Menentukan bagian kepala, leher, badan dan ekor.
2.      Menunjukkan organ-organ pada daerah bagian kepala yang meliputirostrum, nares eksternal, cera dan mata.
3.      Menunjukkan daerah pada bgaian ekstrimitas anterior dan posterior.
4.       Menunjukkan organ pada daerah ekor
5.      Menjelaskan setiap bagian penyusun organ pada daerah kepala, leher, badan dan ekor
6.      Menggambar sistem sirkulasi, respirasi,  digesti koordinasi, ekskresi, dan reproduksi sesuai dengan tofohrafi tubuh aves
7.      Mendefinisikan sistem sirkulasi respirasi,  digesti koordinasi, ekskresi, dan reproduksi berdasarkan bentuk, warna dan tofografi di dalam tubuh
8.      Menjelaskan fungsi dari penyusun sistem sirkulasi respirasi,  digesti koordinasi, ekskresi, dan reproduksi

















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1    Ciri-ciri kelas aves
Adapun ciri-ciri dari Aves adalah sebagai berikut (Tyara, 2013):
1.        Hampir seluruhnya ditutupi bulu dan kakinya bersisik yang merupakan ciri mirip reptil.
2.        Kepala ditopang oleh leher yang fleksibel dan tengkorak berartikulasi dengan condylus osccipital tunggal.
3.        Otak relatif besar dengan corpora striata yang padat (seringkali diasosiasikan dengan tingkah laku insting) neopalium kecil. Lobus opticus (corpora trigemina) besar.
4.        Rahang bawah terdiri atas tulang-tulang yang kompleks, artikulasi antar artikular dan quadrat. Terdapat auditory ossicle yang disebut collumella auris.
5.        Suara yang dihasilkan oleh syrinx yang terdapat pada dasar trachea. Larynx rudimenter dan tidak ada pita suara.
6.        Tidak mempunyai gigi, kecuali “gigi telur” yang diperlukan untuk membantu penetasan. Mempunyai paruh dari zat tanduk menutupi rahang atas dan bawah.
7.        Nostril langsung berhubungan dengan buccal cavity. Tidak berpipi, langit-langit sekunder tidak ada.
8.        Tungkai muka bermodifikasi menjadi sayap, sehingga burung dapat terbang. Bagian “lengan” termodifikasi menjadi panjang, jari tengah memanjang untuk menyokong bulu terbang. Sebuah jari anterior terpisah untuk menyokong bulu alula yaitu bulu kecil yang merupakan bulu penting untuk gerakan aerodinamika. Jari posterior yang tereduksi menyokong jari tengah. Tungkai belakang termodifikasi secara beragam untuk berjalan dengan dua kaki di tanah, atau burung berenang atau kedua-duanya. Umumnya mempunyai mempunyai jari-jari, satu ke arah belakang (hallux), dan tiga ke arah depan.
9.        Gelang bahu dan gelang panggul terspesialisasi dengan baik menunjang berat tubuh baik ketika berjalan,maupun terbang.
10.    Tulang panjang maupun tulang vertebrae tidak mempunyai epiphise. Vertebrae cervical berbentuk sadel (heterocoel) di bagian tengah sehingga leher dapat bergerak leluasa, tulang belakang sisanya sangat padat.
11.    Jantung beruang empat. Lengkung aorta kiri tidak ada, eritrosit berbentuk bulat dan berinti.
12.    Tidak mempunyai diafragma. Sistem kantung udara yang berkembang dengan baik sangat membantu paru-paru untuk mengedarkan udara ke seluruh tubuh.
13.    Telur besar dengan kuning telur yang banyak dan dilindungi oleh cangkang kapur, fertilisasi internal amnion dan alantois terbentuk selama masa perkembangan. Pengeraman dilakukan oleh salah satu induk atau kedua induknya di dalam sarang. Setelah menetas anak-anaknya dipelihara oleh induknya.

2.2     Aves
Aves adalah hewan yang paling dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana,  aktif di siang hari, dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Bulu tersebut juga dapat berfungsi mengatur suhu tubuh dan terbang. Kemampuan terbang aves, menyebabkan aves dapat mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia. Banyak dintaranya mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebagian merupakan bahan makanan sumber protein. Organ yang khas dari aves adalah bulu. Bulu yang membungkus tubuh aves seolah-olah tidak melekat pada otot. Bulu akan muncul dari bagian kulit, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan bulu serupa sisik pada reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Titikpurna, 2012).
2.3    Penutup tubuh dan bulu
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi: Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak. Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail Plumae, Bulu yang sempurna. Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan. Susunan plumae terdiri dari Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu, Calamus yaitu tangkai pangkal bulu, rachis yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan. Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis. Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi tectrices, bulu yang menutupi badan. Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi. Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi (Jasin, 1984):
·           Remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
·           Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
·           Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
·           Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
·           Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari.


2.4  Fungsi bulu
Fungsi bulu menurut (Jasin, 1984):
·           Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang-goyangkan bulu mereka dalam cuaca dingin.
·           Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan melicinkan bulu-bulu mereka.
·           Penutup tubuh.
·           Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk mengemudi dan mengerem.
·           Untuk memperindah tubuh.
·           Plumae berfungsi agar dapat terbang.
·           Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
·           Filoplumae Berfungsi sebagai sensor.
·           Mengangkat tubuh burung di udara.
·           Menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.
·           Untuk melindungi kulit dari serangga.
·           Untuk menghangatkan telur pada saat mengerami

2.5  Pengertian Sistem Pernapasan
Pengertian respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma (Susilawati, 2013).
1.      Alat Pernapasan Burung
Selain paru-paru, burung biasanya memiliki 4 pasang perluasan paru-paru yang disebut pundi-pundi hawa atau kantung udara (saccus pneumaticus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Kantung-kantung udara ini terdapat (Susilawati, 2013).
pada pangkal leher (saccus cervicalis), rongga dada (saccus thoracalis anterior dan posterior), antara tulang selangka atau korakoid (saccus interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan di antara lipatan usus atau rongga perut (saccus abdominalis). Kantung udara berhubungan dengan paru-paru, berselaput tipis, tetapi tidak terjadi difusi udara pernapasan. Adanya kantung udara mengakibatkan, pernapasan pada burung menjadi efisien. Kantung udara memiliki beberapa fungsi berikut (Susilawati, 2013):
1.      Membantu pernapasan, terutama pada waktu terbang, karena menyimpan oksigen cadangan.
2.      Membantu mempertahankan suhu badan dengan mencegah hilangnya panas badan secara berlebihan.
3.      Membantu memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring.
4.      Mengatur berat jenis (meringankan) tubuh pada saat burung terbang.

2.6    Mekanisme Pernapasan pada Burung
1. Pada Saat Istirahat
a.       Fase Inspirasi: tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran pernapasan.
Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara (Susilawati, 2013).
b.      Fase Ekspirasi: tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapatberlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.
2. Pada Saat Terbang
Pada saat terbang, burung tidak dapat menggerakkan tulang rusuknya. Oleh sebab itu, pada saat burung terbang yang berperan penting dalam pernapasan adalah kantong hawa. Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa antar tulang korakoid (bahu) dan pundi hawa bawah ketiak.
1.      Fase Inspirasi: Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah inspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
2.      Fase Ekspirasi: Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang, sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru-paru sehingga terjadilah ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat terbang juga berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi (Susila wati, 2013).
























BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun dilaksanakannya praktikum zoologi vertebrata tentang Aves pada hari Rabu, 21 April 2014 pukul 13.20 – 15.00 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Bahan
a.       Alat Praktikum
1.      Mikroskop stereo
2.      Kapas
3.      Mikroskop cahaya
4.      Kaca benda
5.      Loupe
6.      Gelas arloji
7.      Seperangkat alat bedah
8.      Lap (serbet)
b.       Bahan Praktikum
Burung Merpati (Columba livia).

3.3  Cara Kerja
a.       Lakukan pembiusan pada hewan, setelah pingsan letakkan di atas bedah dan amati bagian-bagian tubuhnya, jika perlu gunakan loupe.
b.      Cabulah sehelai bulu burung pada daerah kepala, punggung, dada, perut dan ekor kemudian amati di bawah mikroskop cahaya! Gambarlah bagian-bagiannya kemudian tentukan tipenya.
c.       Bedahlah burung tersebut, setelah di bedah amati anatomi pada burung, kemudian gambarlah.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar Pengamatan Morfologi Burung

Gambar pengamatan bulu sayap
Gambar pengamatan bulu punggunng

Gambar Pengamatan Bulu Ekor
Gambar Pengamatan Bulu Kepala

Gambar Pengamatan Bulu Dada
Gambar Pengamatan Bulu Leher



Gambar Pengamatan Anatomi Burung

Gambar Pengamatan Sistem Nervaum

4.2    Pembahasan
Pada praktikum tentang aves kami mengamati morfologi burung merpati (Columba livida)  pada burung merpati terdapat bagian kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus), ekor (caudal). Pada bagian kepala terdapat rostrum atau paruh burung, nares eksternal (hidung), rima oris (mulut) pada cavum oris terdapat bagian-bagian terdiri dari maxilla yaitu nares anterior, crista marginalis, nares posterior, plica palatina, fissura choanae sekundaria, ostium tubae auditive, dan bagian mandibulla terdapat pharinx, aditus laryngis, dan lingua, organum visus (mata) dan parus acusticus externus (telinga)  yang ditutupi oleh bulu. Pada badan (truncus) terdapat reminges (sayap atas) yang merupakan ekstrimitas anterior pada burung. Pada kaki terdapat bagian-bagian seperti femur (paha), crus, pes (telapak kaki), digiti (jari-jari), dan falcula (cakar). Warna burung yang diamati adalah berwarna coklat dengan warna putih pada beberapa bagian tubuhnya. Anatomi burung merpati terdiri dari esophagus, trakhea, cor (jantung), pulmo, proventruculus, hepar (hati), lien, ovarium, pancreas, ren, intestinum dan kloaka. Pada sistem syaraf terdapat bulbus olfactorius, hemisphaerium caresbri, epipphysus, chiasma nervi optici, lobus opticus, medula oblongata, nervus opticus, chiasma nervis optici, hipophysis.
Pada bulu-bulu yang diamati bulu ekor dan bulu sayap tipenya plumae (tipe bulu kasar), bulu punggung, dada, leher, dan kepala tipenya plumulae (tipe bulu halus) pada setiap bulu terdapat bagian seperti rachis merupakan tangkai bulu pada burung, barbae (bulu), intervanne (jarak antara barbae),
Pada tubuh burung diliputi oleh bulu, kecuali pada bagian kaki cakar tertutup oleh sisik dan paruh diselubungi oleh zat yang menanduk. Burung termasuk tetrapoda, dimana sepasang exstremitas anterior mengalami modifikasi sebagai sayap dan sepasang exstremitas posterior modifikasinya disesuaikan untuk hinggap atau untuk berenang (Jasin, 1984).
Bagian caput (kepala) terdapat paruh (rostrum) yang bentuknya bervariasi dan berfungsi untuk mengambil makanan. Nostril (lubang hidung luar) yang sebagian ditutup oleh tonjolan kulit lunak yang disebut ceroma. Pada waktu terbang ceroma dijulurkan kedepan, menutup sebagian nostril sehingga udara dipanaskan (Jasin, 1984).
Organon visus relatif besar dan terletrak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu. Pada sudut medial terdapat membrane nicitan yang dapat ditari menutupi mata. Di belakang dan di bawah tiap-tiap mata terdapat lubang telinga yang tersembunyi dibawah bulu khusus (Jasin, 1984).
Badan (truncus) di tutupi oleh bulu-bulu. Fungsi bulu-bulu ini antara lain sebagai isolator memperingan tubuh pada waktu terbang dan lain-lain. Ada 3 tipe bulu utama, yaitu tipe plumae (bulu kasar), plumulae (bulu halus) dan filoplumae (bulu rambut). Plumae terutama terdapat pada ekor, sayap dan bagian punggung. Berukuran relatif besar dengan bagian-bagiannya yaitu rachis (tangkai bulu), vexillum (bendera), barbulae (cabang dari barbae), barbae (cabang dari rachis) dan radiculae (kait yang menghubungkan barbulae satu dengan barbulae yang lain) (Titikpurna, 2012).
Bulu sebenarnya merupakan pertumbuhan epidermis yang menjadi bentuk ringan dan fleksibel. Pertumbuhan bulu dimulai munculnya papil dermal yang kemudian mencuat menutupi epidermis. Pada bagian dasar kuncup bulu melekuk kedalam pada tepinya, sehingga terbentuk foliculus. Berikutnya epidermis kuncup bulu menanduk untuk membentuk bungkus yang halus. Bagian tengah kuncup bulu berisi pembuluh darah (Titikpurna, 2012).
Sistem pencernaan pada burung merpati (Columba livia) terdiri dari mulut, oesophagus, lambung, usus halus, usus besar dan berakhir di cloaca. Kelenjar pencernaan burung merpati diantaranya adalah pancreas dan hati. Burung merpati tidak memiliki vesica felea, karena burung merpati merupakan hewan pemakan biji-bijian yang tidak mengandung banyak lemak sehingga tidak memiliki vesica felea yang berfungsi untuk mengemulsi lemak. Organ-organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.  Saluran pencernaan pada burung terdiri dari paruh dan merupakan modifikasi dari gigi, rongga mulut, pharink yang berupa saluran pendek, oesophagus yang dibagian tengahnya pada pangkal leher melebar menjadi tembolok yang merupakan tempat penyimpanan sementara lalu menuju lambung. Lambung terbagi menjadi dua, lambung kelenjar dan lambung otot. Pencernaan berlanjut ke usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, ileum lalu menuju usus besar dan bermuara pada kloaka. Duodenum berbentuk seperti huruf U dan dibagian proksimal dan distalnya terdapat pancreas, ductus sisticus bermuara ke duodenum bagian distal yang membawa empedu dari hati langsung ke sistem saluran pencernaan. Jejunum dan ileum yaitu usus halus sesudah duodenum, usus bagian-bagiannya tidak nyata, rectum adalah usus kasar yang bermuara di cloaca (Tyara, 2013).
Sistem saraf pusat burung menunjukkan perkembangan lebih maju dari pada sistem saraf reptil. Cerebrum ukurannya besar dan menutup di encephalon dan lobus opticus. Lobus opticus pada burung secara proporsional berukuran besar, hal ini merupakan kekecualian, nampaknya berkaitan dengan ketajaman pandang yang dimiliki burung. Cerebellum pada burung lebih besar dari pada cerebelum reptil, berlekuk dalam meskipun tidak sebesar atau sedalam pada mamalia, juga seperti amniota lain ada 12 saraf kranialis (Tyara, 2013).














BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Aves adalah hewan yang paling dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana,  aktif di siang hari, dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Bulu tersebut juga dapat berfungsi mengatur suhu tubuh dan terbang. Pada praktikum kami mengamati morfologi dan anatomi burung merpati (Columba livida), yaitu:.
1.      Tubuh burung merpati terdiri dari caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), dan caudal (ekor).
2.      Pada bagian kepala burung terdiri dari cavum oris, organon visus dan lain-lain.
3.      Burung merpati mempunyai jantung beruang empat. Lengkung aorta kiri tidak ada, eritrosit berbentuk bulat dan berinti.


5.2    Saran
Pada saat praktikum sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati morfologi dan anatomi terutama pada saat mengamati bulu burung harus tepat saat mengidentifikasi tipe bulu burung. Pada saat pembedahan usahakan tidak merusak organ-organ yang akan diamati.











DAFTAR PUSTAKA

A Campbell Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.

Susilawati, Asiah. 2013. Zoologi Vertebrata. Website: http: //file.upi.edu/ Direktori/FPMIPA/JUR._PEND_BIOLOGI/195904011983032SOESI_ASIA/H_SOESILAWATY/MATERI_PEMBELAJARAN_ZOOLOGI_VERTEBRATA/AVES.pdf. Diakses pada hari Minggu, 18 Mei 2014 pukul 10.00 WIB.

Tyara, Heris. 2013. Sistem Respirasi Aves. Website: http://rayiheristyaraelf. files.wordpress.com/2013/09/makalah-sistemrespirasi- aves.pdf. Diakses pada hari Minggu, 18 Mei 10.30 WIB.

Titikpurna, 2012. Aves. Website: http://www.digilib.ump.ac.id/files/ disk1/11/ jhptump-a-titikpurna-47-2-babii .pdf. Diakses pada hari Senin, 19 Mei pukul 08.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar