LAPORAN PRAKTIKUM
ZOOLOGI
VERTEBRATA
AVES
Dosen Pembimbing:
Awalul Fatiqin M.si
Oleh:
Gestri Rolahnoviza
NIM: 12222040
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat sekitar
10.000 spesies burung di dunia. Seperti krokodilia,
burung adalah arkosaurus, namun hampir semua ciri-ciri anatominya telah
termodifikasi di dalam adaptasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa
jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin
lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian
rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di
tengah udara dingin (Campbell,
dkk. 2008).
Analisis
kladistik dari burung dan fosil reptil mengindikasikan bahwa burung tergolong
ke dalam kelompok sauriskia bipedal
yang disebut tetropod. Sejak akhir
1990-an. Para ahli palaentologi Cina telah menggali banyak sekali fosil tetrapod berbulu yang mnegungkapkan asal-usul burung.
Beberapa spesies dinosaurus berkerabat dekat dengan burung-burung yang memiliki
bulu dengan helaian halus (vane), dan
terdapat lebih banyak spesies yang memiliki bulu berfilamen. Temuan semacam itu
mengimplikasikan bahwa bulu telah di evolusikan jauh sebelum kemampuan terbang
yang kuat. Fungsi yang mungkin dijalankan oleh bulu-bulu awal antara lain
adalah insulasi, kamuflase, dan pertunjukkan percumbuan (Campbell, dkk. 2008).
Sekitar 150 juta
tahun lalu tetropoda berbulu telah berevolusi menjadi burung. Archaeopteryx, yang ditemukan disebuah
pertambangan gamping di Jerman. Pada 1861, tetap merupakan burung tertua yang
diketahui. Burung ini merupakan sayap berbulu namun masih mempertahankan
karakter-karakter nnek moyang seperti gigi, jari bercakar pada sayap, dan ekor
yang panjang (Campbell, dkk. 2008).
Archaeopteryx
terbang dengan baik pada kecepatan tinggi seperi burung masa kini, ia tidak
dapat lepas landas dari posisi berdiri. Fosil-fosil burung yang muncul
berikutnya pada periode kreta menunjukkan hilangnya ciri-ciri nenek moyang
dinosaurus tertentu secara bertahap.
1.2 Tujuan
Melalui pengamatan tentang kelas
Aves, mahasiswa di harapkan mampu :
1.
Menentukan bagian kepala, leher, badan
dan ekor.
2.
Menunjukkan organ-organ pada daerah
bagian kepala yang meliputirostrum, nares eksternal, cera dan mata.
3.
Menunjukkan daerah pada bgaian
ekstrimitas anterior dan posterior.
4.
Menunjukkan organ pada daerah ekor
5.
Menjelaskan setiap bagian penyusun organ
pada daerah kepala, leher, badan dan ekor
6.
Menggambar sistem sirkulasi,
respirasi, digesti koordinasi, ekskresi,
dan reproduksi sesuai dengan tofohrafi tubuh aves
7.
Mendefinisikan sistem sirkulasi
respirasi, digesti koordinasi, ekskresi,
dan reproduksi berdasarkan bentuk, warna dan tofografi di dalam tubuh
8.
Menjelaskan fungsi dari penyusun sistem sirkulasi
respirasi, digesti koordinasi, ekskresi,
dan reproduksi
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Ciri-ciri
kelas aves
Adapun ciri-ciri dari Aves adalah
sebagai berikut (Tyara, 2013):
1.
Hampir seluruhnya ditutupi bulu dan
kakinya bersisik yang merupakan ciri mirip reptil.
2.
Kepala ditopang oleh leher yang
fleksibel dan tengkorak berartikulasi dengan condylus osccipital tunggal.
3.
Otak relatif besar dengan corpora striata yang padat (seringkali
diasosiasikan dengan tingkah laku insting) neopalium kecil. Lobus opticus (corpora trigemina)
besar.
4.
Rahang bawah terdiri atas tulang-tulang
yang kompleks, artikulasi antar artikular dan quadrat. Terdapat auditory ossicle yang disebut collumella
auris.
5.
Suara yang dihasilkan oleh syrinx yang terdapat pada dasar trachea. Larynx rudimenter dan tidak ada pita suara.
6.
Tidak mempunyai gigi, kecuali “gigi
telur” yang diperlukan untuk membantu penetasan. Mempunyai paruh dari zat
tanduk menutupi rahang atas dan bawah.
7.
Nostril langsung berhubungan dengan buccal cavity. Tidak berpipi, langit-langit
sekunder tidak ada.
8.
Tungkai muka bermodifikasi menjadi
sayap, sehingga burung dapat terbang. Bagian “lengan” termodifikasi menjadi
panjang, jari tengah memanjang untuk menyokong bulu terbang. Sebuah jari
anterior terpisah untuk menyokong bulu alula yaitu bulu kecil yang merupakan
bulu penting untuk gerakan aerodinamika.
Jari posterior yang tereduksi menyokong jari tengah. Tungkai belakang termodifikasi
secara beragam untuk berjalan dengan dua kaki di tanah, atau burung berenang
atau kedua-duanya. Umumnya mempunyai mempunyai jari-jari, satu ke arah belakang
(hallux), dan tiga ke arah depan.
9.
Gelang bahu dan gelang panggul
terspesialisasi dengan baik menunjang berat tubuh baik ketika berjalan,maupun
terbang.
10. Tulang
panjang maupun tulang vertebrae tidak
mempunyai epiphise. Vertebrae cervical berbentuk sadel (heterocoel) di bagian tengah sehingga leher dapat bergerak leluasa,
tulang belakang sisanya sangat padat.
11. Jantung
beruang empat. Lengkung aorta kiri
tidak ada, eritrosit berbentuk bulat
dan berinti.
12. Tidak
mempunyai diafragma. Sistem kantung udara yang berkembang dengan baik sangat
membantu paru-paru untuk mengedarkan udara ke seluruh tubuh.
13. Telur
besar dengan kuning telur yang banyak dan dilindungi oleh cangkang kapur,
fertilisasi internal amnion dan alantois terbentuk selama masa perkembangan.
Pengeraman dilakukan oleh salah satu induk atau kedua induknya di dalam sarang.
Setelah menetas anak-anaknya dipelihara oleh induknya.
2.2
Aves
Aves adalah hewan yang paling
dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana, aktif di siang hari, dan unik dalam hal
memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Bulu tersebut juga dapat berfungsi
mengatur suhu tubuh dan terbang. Kemampuan terbang aves, menyebabkan aves dapat
mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa aves merupakan daya tarik mata
dan telinga manusia. Banyak dintaranya mempunyai arti penting dalam ekonomi,
sebagian merupakan bahan makanan sumber protein. Organ yang khas dari aves adalah
bulu. Bulu yang membungkus tubuh aves seolah-olah tidak melekat pada otot. Bulu
akan muncul dari bagian kulit, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis
menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat resisten.
Pertumbuhan bulu serupa sisik pada reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya mencuat
menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu
melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang
epidermis membentuk lapisan penyusun
rusuk bulu. Sentral kuncup bulu
mempunyai bagian epidermis yang lunak
yang mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses
pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Titikpurna, 2012).
2.3 Penutup tubuh dan bulu
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi: Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut
tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika
diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae
di puncak. Plumulae, Berbentuk
berbentuk hampir sama dengan filoplumae
dengan perbedaan detail Plumae, Bulu
yang sempurna. Barbulae, Ujung dan
sisi bawah tiap barbulae memiliki
filamen kecil disebut barbicels yang
berfungsi membantu menahan barbula
yang saling bersambungan. Susunan plumae
terdiri dari Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu, Calamus yaitu tangkai pangkal bulu, rachis yaitu lanjutan calamus yang
merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan. Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis. Lubang
pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang
pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada
saat menetas disebut neossoptile,
sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi tectrices, bulu yang
menutupi badan. Rectrices, bulu yang
berada pada pangkal ekor, vexilumnya
simetris dan berfungsi sebagai kemudi. Remiges,
bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi (Jasin, 1984):
·
Remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
·
Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
·
Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan
sekunder daerah siku.
·
Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
·
Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari.
2.4
Fungsi bulu
Fungsi bulu menurut (Jasin, 1984):
·
Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang-goyangkan bulu
mereka dalam cuaca dingin.
·
Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan
melicinkan bulu-bulu mereka.
·
Penutup tubuh.
·
Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor
memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk
mengemudi dan mengerem.
·
Untuk memperindah tubuh.
·
Plumae berfungsi agar dapat terbang.
·
Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
·
Filoplumae Berfungsi sebagai sensor.
·
Mengangkat tubuh burung di udara.
·
Menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.
·
Untuk melindungi kulit dari serangga.
·
Untuk menghangatkan telur pada saat mengerami
2.5 Pengertian Sistem Pernapasan
Pengertian respirasi
adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat
hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Sistem pernafasan pada dasarnya
dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang
melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga
dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma (Susilawati, 2013).
1.
Alat Pernapasan Burung
Selain paru-paru, burung biasanya memiliki 4 pasang
perluasan paru-paru yang disebut pundi-pundi hawa atau kantung udara (saccus pneumaticus) yang menyebar sampai
ke perut, leher, dan sayap. Kantung-kantung udara ini terdapat (Susilawati,
2013).
pada pangkal leher (saccus cervicalis), rongga dada (saccus thoracalis anterior dan posterior), antara tulang selangka
atau korakoid (saccus interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan di antara lipatan usus atau rongga perut (saccus abdominalis). Kantung udara
berhubungan dengan paru-paru, berselaput tipis, tetapi tidak terjadi difusi
udara pernapasan. Adanya kantung udara mengakibatkan, pernapasan pada burung
menjadi efisien. Kantung udara memiliki beberapa fungsi berikut (Susilawati,
2013):
1.
Membantu pernapasan, terutama pada waktu
terbang, karena menyimpan oksigen cadangan.
2.
Membantu mempertahankan suhu badan
dengan mencegah hilangnya panas badan secara berlebihan.
3.
Membantu memperkeras suara dengan
memperbesar ruang siring.
4.
Mengatur berat jenis (meringankan) tubuh
pada saat burung terbang.
2.6
Mekanisme
Pernapasan pada Burung
1. Pada Saat Istirahat
a.
Fase
Inspirasi: tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga
dada membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran pernapasan.
Saat inilah sebagian
oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara
dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara (Susilawati, 2013).
b.
Fase
Ekspirasi: tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga
dada mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam kantong-kantong
hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah
melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan O2
dapatberlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.
2. Pada Saat Terbang
Pada saat terbang,
burung tidak dapat menggerakkan tulang rusuknya. Oleh sebab itu, pada saat
burung terbang yang berperan penting dalam pernapasan adalah kantong hawa.
Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa
antar tulang korakoid (bahu) dan
pundi hawa bawah ketiak.
1.
Fase Inspirasi: Pada saat sayap
diangkat, pundi hawa antar tulang korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa
ketiak mengembang, akibatnya udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati
paru-paru, terjadilah inspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi
pertukaran gas O2 dan CO2.
2.
Fase Ekspirasi: Sebaliknya pada saat
sayap diturunkan, pundi hawa ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang
korakoid mengembang, sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati
paru-paru sehingga terjadilah ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan
terjadi pertukaran gas O2 dan CO2. Dengan cara inilah
inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat terbang. Jadi
pertukaran gas pada burung saat terbang juga berlangsung saat inspirasi dan
ekspirasi (Susila wati, 2013).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun dilaksanakannya
praktikum zoologi vertebrata tentang Aves pada hari Rabu, 21 April 2014 pukul
13.20 – 15.00 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden
Fatah Palembang.
3.2
Alat dan Bahan
a.
Alat Praktikum
1. Mikroskop
stereo
2. Kapas
3. Mikroskop
cahaya
4. Kaca
benda
5. Loupe
6. Gelas
arloji
7. Seperangkat
alat bedah
8. Lap
(serbet)
b.
Bahan Praktikum
Burung Merpati (Columba livia).
3.3 Cara Kerja
a.
Lakukan pembiusan pada hewan, setelah
pingsan letakkan di atas bedah dan amati bagian-bagian tubuhnya, jika perlu
gunakan loupe.
b.
Cabulah sehelai bulu burung pada daerah
kepala, punggung, dada, perut dan ekor kemudian amati di bawah mikroskop
cahaya! Gambarlah bagian-bagiannya kemudian tentukan tipenya.
c.
Bedahlah burung tersebut, setelah di
bedah amati anatomi pada burung, kemudian gambarlah.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Gambar
Pengamatan Morfologi Burung
|
Gambar
pengamatan bulu sayap
|
Gambar
pengamatan bulu punggunng
|
Gambar
Pengamatan Bulu Ekor
|
Gambar
Pengamatan Bulu Kepala
|
Gambar
Pengamatan Bulu Dada
|
Gambar
Pengamatan Bulu Leher
|
Gambar
Pengamatan Anatomi Burung
|
Gambar
Pengamatan Sistem Nervaum
|
4.2
Pembahasan
Pada
praktikum tentang aves kami mengamati morfologi burung merpati (Columba livida) pada burung merpati terdapat bagian kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus),
ekor (caudal). Pada bagian kepala
terdapat rostrum atau paruh burung, nares
eksternal (hidung), rima oris
(mulut) pada cavum oris terdapat
bagian-bagian terdiri dari maxilla
yaitu nares anterior, crista marginalis, nares posterior, plica
palatina, fissura choanae sekundaria, ostium tubae auditive, dan bagian mandibulla terdapat pharinx, aditus laryngis, dan lingua,
organum visus (mata) dan parus acusticus externus (telinga) yang ditutupi oleh bulu. Pada badan (truncus) terdapat reminges (sayap atas) yang merupakan ekstrimitas anterior pada burung. Pada kaki terdapat bagian-bagian
seperti femur (paha), crus, pes (telapak kaki), digiti (jari-jari), dan falcula (cakar). Warna burung yang
diamati adalah berwarna coklat dengan warna putih pada beberapa bagian
tubuhnya. Anatomi burung merpati terdiri dari esophagus, trakhea, cor (jantung), pulmo, proventruculus, hepar (hati),
lien, ovarium, pancreas, ren, intestinum dan kloaka. Pada sistem syaraf terdapat bulbus olfactorius, hemisphaerium caresbri, epipphysus, chiasma nervi
optici, lobus opticus, medula oblongata, nervus opticus, chiasma nervis optici,
hipophysis.
Pada
bulu-bulu yang diamati bulu ekor dan bulu sayap tipenya plumae (tipe bulu kasar), bulu punggung, dada, leher, dan kepala
tipenya plumulae (tipe bulu halus)
pada setiap bulu terdapat bagian seperti rachis
merupakan tangkai bulu pada burung, barbae
(bulu), intervanne (jarak antara
barbae),
Pada tubuh burung diliputi oleh bulu, kecuali pada bagian kaki cakar
tertutup oleh sisik dan paruh diselubungi oleh zat yang menanduk. Burung
termasuk tetrapoda, dimana sepasang exstremitas
anterior mengalami modifikasi sebagai
sayap dan sepasang exstremitas posterior
modifikasinya disesuaikan untuk hinggap atau untuk berenang (Jasin, 1984).
Bagian caput (kepala) terdapat
paruh (rostrum) yang bentuknya
bervariasi dan berfungsi untuk mengambil makanan. Nostril (lubang hidung luar) yang sebagian ditutup oleh tonjolan
kulit lunak yang disebut ceroma. Pada
waktu terbang ceroma dijulurkan
kedepan, menutup sebagian nostril
sehingga udara dipanaskan (Jasin, 1984).
Organon visus relatif besar
dan terletrak sebelah lateral pada kepala dengan kelopak mata yang berbulu.
Pada sudut medial terdapat membrane nicitan yang dapat ditari menutupi mata. Di belakang dan di bawah tiap-tiap mata
terdapat lubang telinga yang tersembunyi dibawah bulu khusus (Jasin, 1984).
Badan (truncus) di tutupi oleh bulu-bulu. Fungsi bulu-bulu ini
antara lain sebagai isolator
memperingan tubuh pada waktu terbang dan lain-lain. Ada 3 tipe bulu utama,
yaitu tipe plumae (bulu kasar), plumulae (bulu halus) dan filoplumae
(bulu rambut). Plumae terutama
terdapat pada ekor, sayap dan bagian punggung. Berukuran relatif besar dengan
bagian-bagiannya yaitu rachis (tangkai bulu), vexillum (bendera),
barbulae (cabang dari barbae), barbae (cabang dari rachis) dan radiculae
(kait yang menghubungkan barbulae
satu dengan barbulae yang lain) (Titikpurna,
2012).
Bulu sebenarnya merupakan pertumbuhan epidermis yang menjadi bentuk ringan
dan fleksibel. Pertumbuhan bulu dimulai munculnya papil dermal
yang kemudian mencuat menutupi epidermis. Pada bagian dasar kuncup bulu melekuk kedalam pada tepinya, sehingga
terbentuk foliculus. Berikutnya epidermis
kuncup bulu menanduk untuk membentuk bungkus yang halus. Bagian tengah kuncup
bulu berisi pembuluh darah (Titikpurna, 2012).
Sistem pencernaan pada
burung merpati (Columba livia)
terdiri dari mulut, oesophagus, lambung,
usus halus, usus besar dan berakhir di cloaca.
Kelenjar pencernaan burung merpati diantaranya adalah pancreas dan hati. Burung
merpati tidak memiliki vesica felea,
karena burung merpati merupakan hewan pemakan biji-bijian yang tidak mengandung
banyak lemak sehingga tidak memiliki vesica
felea yang berfungsi untuk mengemulsi lemak. Organ-organ pencernaan pada
burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan pada burung terdiri dari
paruh dan merupakan modifikasi dari gigi,
rongga mulut, pharink yang berupa saluran pendek, oesophagus yang dibagian tengahnya pada pangkal leher melebar
menjadi tembolok yang merupakan tempat penyimpanan sementara lalu menuju
lambung. Lambung terbagi menjadi dua, lambung kelenjar dan lambung otot.
Pencernaan berlanjut ke usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, ileum lalu menuju usus besar dan bermuara pada kloaka. Duodenum berbentuk seperti huruf U dan dibagian proksimal dan distalnya terdapat pancreas, ductus sisticus bermuara ke duodenum
bagian distal yang membawa empedu dari hati langsung ke sistem saluran
pencernaan. Jejunum dan ileum yaitu usus halus sesudah duodenum, usus bagian-bagiannya tidak
nyata, rectum adalah usus kasar yang bermuara di cloaca (Tyara, 2013).
Sistem
saraf pusat burung menunjukkan perkembangan lebih maju dari pada sistem saraf
reptil. Cerebrum ukurannya besar dan
menutup di encephalon dan lobus opticus. Lobus opticus pada burung secara proporsional berukuran besar, hal ini merupakan kekecualian,
nampaknya berkaitan dengan ketajaman pandang yang dimiliki burung. Cerebellum pada burung lebih besar dari
pada cerebelum reptil, berlekuk dalam meskipun tidak sebesar atau sedalam pada
mamalia, juga seperti amniota lain
ada 12 saraf kranialis (Tyara, 2013).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aves adalah hewan yang paling
dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana, aktif di siang hari, dan unik dalam hal
memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Bulu tersebut juga dapat berfungsi
mengatur suhu tubuh dan terbang. Pada praktikum kami mengamati
morfologi dan anatomi burung merpati (Columba
livida), yaitu:.
1.
Tubuh burung merpati terdiri dari caput (kepala), cervix
(leher), truncus (badan), dan caudal (ekor).
2.
Pada bagian kepala burung terdiri dari cavum oris, organon visus dan lain-lain.
3.
Burung merpati mempunyai jantung
beruang empat. Lengkung aorta kiri
tidak ada, eritrosit berbentuk bulat
dan berinti.
5.2
Saran
Pada saat praktikum
sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati morfologi dan anatomi terutama
pada saat mengamati bulu burung harus tepat saat mengidentifikasi tipe bulu
burung. Pada saat pembedahan usahakan tidak merusak organ-organ yang akan
diamati.
DAFTAR
PUSTAKA
A
Campbell Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Jasin,
Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata
dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.
Susilawati,
Asiah. 2013. Zoologi Vertebrata.
Website: http: //file.upi.edu/
Direktori/FPMIPA/JUR._PEND_BIOLOGI/195904011983032SOESI_ASIA/H_SOESILAWATY/MATERI_PEMBELAJARAN_ZOOLOGI_VERTEBRATA/AVES.pdf. Diakses pada hari Minggu, 18 Mei 2014
pukul 10.00 WIB.
Tyara, Heris.
2013. Sistem Respirasi Aves. Website:
http://rayiheristyaraelf. files.wordpress.com/2013/09/makalah-sistemrespirasi-
aves.pdf.
Diakses pada hari Minggu, 18 Mei 10.30 WIB.
Titikpurna,
2012. Aves. Website: http://www.digilib.ump.ac.id/files/
disk1/11/ jhptump-a-titikpurna-47-2-babii .pdf. Diakses pada
hari Senin, 19 Mei pukul 08.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar