Rabu, 17 Juni 2015

laporan praktikum OSTEICTHYES



LAPORAN PRAKTIKUM
ZOOLOGI VERTEBRATA

OSTEICTHYES


Dosen Pembimbing:
Awalul Fatiqin M,si.


Oleh:
Gestri Rolahnoviza
NIM: 12222040

 
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Osteichthyes atau ikan bertulang sejati, terdiri atas kurang lebih 25000 spesies dan merupakan vertebrata yang paling sukses, dan yang berkembang menjadi vertebrata darat atau tetrapoda. Mereka muncul pada periode Silur, diduga sebagai ikan air tawar dan ikan laut (Campbell dll, 2008).
sebagian besar vertebrata yang tergolong ke dalam klad gnatostoma disebut Osteichtyes, seperti banyak bnama taksonomi yang lain, nama Osteichtyes (‘ikan bertulang’) dicetuskan jauh sebelum perkembangan sistematika filogenik. Ketika pertama kali didefinisikan, kelompok ini tidak mencakup tetrapoda, namum kini kita tahu bahwa takson semacam itu akan menjadi parafiletik. Oleh karena itu para ahli sistematika kini memasukkan tetrapoda bersama dengan ikan bertulang ke dalam klad Osteichtyes. Jelaslah bahwa nama kelompok ini tidak secara akurat mendeskripsikan semua anggotanya. Tidak seperti kondriktia, hampir semua osteiktia (osteichthyan) yang masih ada memiliki endoskeleton yang terosifikasi (bertulang) dengan matriks kalsium fosfat yang keras. Seperti yang dibahass sebelumnya, beberapa bukti menunjukkan bahwa nenek moyang bersama kondriktia dan osteiktia sudah sanat terosifikasi dan bahwa kondriktia kemudian kehilangan banyak tulangnya. Akan tetapi, beberapa saintis mempermasalahkan kesimpulan ini, dan hingga lebih banyak fosil kondriktia dan osteiktia awal ditemukan, pertanyaan tersebut belum terjawab (Campbell dll, 2008).
Ikan bertulang sejati berbeda dengan ikan bertulang rawan dalam berbagai hal. Salah satu perbedaannya ialah pada perkembangan paru-paru dan gelembung renang sebagai suatu divertikulum dari usus bagian depan. Gelembung renang merupakan alat hidrostatik, sedangkan paru-paru merupakan ciri khas dari tiga subclass ikan bertulang sejati yaitu Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii di dalamnya termasuk Rhipidistia yang sekarang telah musnah yang diduga merupakan leluhur dari tetrapoda, dan ikan paru-paru sekarang. Pada subkelas ketiga yaitu Actinopterygii divertikulum dari usus depan berkembang menjadi gelembung renang yang mempunyai fungsi sebagai alat hidrosttik
1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum tentang Osteichyes atau ikan bertulang keras adalah sebagai berikut:
1.      Menggambar dan menentukan bagian-bagian tubuh ikan
2.      Menentukan organ-organ daerah kepala
3.      Menunjukkan organ-organ bagian dalam
4.      Menunjukkan organ yang menyusun bagian ekor
5.      Menjelaskan topografi (letak organ satu dengan organ yang lain)
6.      Dapat melakukan identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi























BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Osteichetyes
            Sebagian besar vertebrata yang tergolong dalam klas gnatostoma disebut Osteichtyes. Nama Osteichtyes (ikan bertulang) dicetuskan jauh sebelum perkembangan sistematik filogenetik. Ketika pertama kali didefinisikan, kelompok ini tidak mencakup kelompok tetrapoda. Tidak seperti kondriktia semua osteiktia yang masih ada memiliki endoskeleton yang terosifikasi (bertulang) dengan matriks kalsium fosfat yang keras (Campbell, 2008).
Osteichthyes adalah kelompok taksonomi ikan yang bertulang, sebagai lawan kartilaginosa, kerangka. Sebagian besar ikan osteichthyes, yang merupakan kelompok yang sangat beragam dan berlimpah terdiri atas lebih dari 29.000 spesies.
Kelas osteichtyes mulutnya terdapat di bagian depan tubuh. Celah insang satu di masing-masing sisi kepala. Sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah. Kulit licin karena sekresi mucus oleh kelenjar pada kulit. Adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak. Sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh. Usus panjang dan ramping menggulung. Fertilisasi eksternal bersifat ovivar. Klasifikasi Kelas Osteichthyes antara lain (Anonim, 2007):
1.      Sub Kelas Actinopterygii ( Ikan Sirip Kipas )
Hampir semua ikan yang akrab dengan kita merupakan bagian dari 27.000 lebih spesies ikan bersirip duri (ray-finned fish). Ikan bersirip duri berasal dari perairan air tawar dan menyebar ke lautan. Berbagai jenis ikan bersirip duri kembali keperairan tawar pada beberapa titik dalam evolusinya. Beberapa di antaranya, termasuk salem dan trout tertentu, mengulang kembali perjalanan bolak balik  evolusinya dari perairan tawar ke laut dan kembali ke perairan tawar selama siklus hidupnya. Ikan bersirip duri berfungsi sebagai protein utama bagi manusia (Campbell, 2008).
Actinopterygii memiliki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur sehingga disebut kelompok ikan bersirip duri. Contoh ikan bersirip duri adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan cupang (Betta splendens), ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan badut (Premnas biaculeatus), ikan kakap merah (Lutjanus bitaeniatus), dan ikan louhan (Cichlasoma sp.).
2.      Sub Kelas Sarcopterygii ( Ikan Sirip Berdaging )
Memiliki sirip dada dan sirip pelvis yang berotot, digunakan untuk berjalan di dasar perairan / darat. Karakter keturunan sirip daring yang penting adalah keberadaan tulang-tulang berbentuk batang yang dikelilingi oleh selapis otot tebal pada sirip pektoral dan sirip pelvisnya (Campbell, 2008).
Sarcopterygii memiliki sirip dada dan sirip pelvis yang berotot. Sirip ini digunakan untuk berjalan di dasar perairan atau darat. Ikan yang termasuk kelompok ini adalah ikan bersirip lobus dan ikan paru-paru (lungfish).
a.       Ordo Crossopterygii Contoh : Latimeria chalumnae, Latimeria menadoensis
b.      Ordo Dipnoi ( Ikan Paru ) Contoh : Neoceratodus forster

Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi (Jasin, 1989).
Ikan tulang sejati umumnya memiliki sepasang sirip pektoral, satu atau dua (tidak berpasangan) sirip dorsal, sebuah sirip ventralis dan sebuah sirip ekor, sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu (Jasin, 1989):
1.      Pinna dorsalis (dorsal fin) adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.
2.      Pinna pectoralis (pectoral fin) adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, kesamping dan diam (mengerem).
3.      Pinna ventralis (ventral fin) adalah sirip yang berada pada bagian perut. Ikan dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
4.      Pinna analis (anal fin) adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
5.      Pinna caudalis (caudal fin) adalah siripikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besarikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga  sebagai kemudi ketika bermanuver.
6.      Adipose fin adalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.

Menurut Jasin (1989). Anatomi sirip ekor dapat dibedakan atas 4 tipe, antara lain:
1.      Protocercal, yaitu bila akhir kolumna vertebralis sampai pada ujung ekor dan ekornya berujung tumpul.
2.      Diphicercal, bila akhir kolumna vertebralis sampai ujung ekor dan ekornya berujung meruncing.
3.      Homocercal, bila kolumna vertebralis berakhir tidak pada ujung ekor, tetapi sedikit membelok ke atas dengan ujung ekor terbagi menjadi dua bagian yang sama.
4.      Heterocercal, bila kolumna vertebralis berakhir menjorok ke salah satu ujung ekor yang membagi diri menjadi dua bagian yang tidak sama. Dibedakan menjadi episirkal dan hiposirkal.
Gambar 1. Tipe ekor
(Sumber: Anonim, 2012)
Menurut Jasin (1989) menjelaskan bahwa sisik-sisik pada hewan, secara struktur umumnya merupakan bagian dari sistem integumen, yakni penutup luar tubuh binatang. Ada beberapa macam sisik ikan yang dikenal, yakni :
a.       Sisik kosmoid (cosmoid), sisik kosmoid yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah. Sisik ini berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih. Di atasnya berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi, selapis bahan serupa email gigi yang disebut kosmin (cosmine). Kemudian di bagian terluar terdapat lapisan keratin.  Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang, yang kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid sejati.
b.      Sisik ganoid, Sisik-sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae. Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel. Tipe sisik ganoid berbentuk seperti belah ketupat yang tersusun amat rapat satu sama lain dan tersusun searah diagonal tubuh. Diatas lempengan dasar sisik dilapisi oleh subtansi mirip email tipis, disebut ganion. Sebagian besar sisik pipih pada sturgeon sedikit mengandung ganion dan pada paddlefish hanya memiliki sangat sedikit sisik ganoid.
c.       Sisik plakoid, Sisik-sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya. Sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi.
d.      Sisik leptoid, Sisik-sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan memiliki dua bentuk. Yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid (ctenoid).
Gambar 2. Tipe sisik
(Sumber: Anonim, 2012)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun dilaksanakannya praktikum zoologi vertebrata tentang Osteichtyes pada hari Rabu, 30 April 2014 pukul 13.20 WIB di laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Bahan
a.       Alat Praktikum
1.      Media gambar
2.      Mikroskop stereo
3.      Loupe
4.      Gelas arloji
5.      Seperangkat alat bedah
6.      Lap (serbet)
b.       Bahan Praktikum
Nila (Oreochromis niloticus).

3.3 Cara Kerja
1.      Persiapan bahan amatan
a.       Menyediakan ikan segar (Nila).
b.      Menyediakan alat bantu pengamatan seperti mikroskop stereo, loupe dan alat-alat yang lain.
2.       Melakukan pengamatan, antara lain:
a.       Ikan yang masih segar diletakkan di gelas arloji, kemudian di amati dibawah mikroskop stereo.
b.      Melakukan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada fokus pengamatan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan morfologi ikan


Gambar pengamatan kepala ikan
Gambar pengamatan tipe sisik


Gambar pengamatan tipe ekor

Gambar pengamatan tulang












Gambar pengamatan anatomi ikan nila



Gambar pengamatan sistem pencernaan










Gambar pengamatan sistem otot


Gambar pengamatan sistem syaraf


Gambar pengamatan sistem Urogenital


4.2  Pembahasan
Pada pengamatan ikan nila di bagian caudal terdapat sirip ekor (pinna caudalis). Bagian badan (truncus) terdapat sirip punggung (pinna dorsalis), sirip bagian bawah (pinna analis), sisik (squama) pada bagian bawah sisik terdapat guratan sisi (linea lateralis). Kemudian untuk bagian sirip yang berfungsi sebagai alat keseimbangan dalam pergerakannya, terdapat sirip dada (pinna pectoralis), kemudian terletak dibawah sirip dada terdapat sirip belakang ikan (pinna analis). Kepala (caput) terdiri atas bagian-bagian mulai dari rongga mulut (rima oris) sebagai jalan keluar masuknya air maupun makanan, cekukan hidung (fovea nasalis) yang terletak diatas mulut, kemudian mata (organon visus) sebagai alat pengelihatan, serta bagian penutup insang (operculum) yang terletak disamping bagian kepala yang berdekatan  dengan organon visus. Tipe sisik ikan nila adalah stenoid, pada tulang terdapat intermucular bone, neural, notochord, tronsverse, proceerse, rib, sentum, spine, dan carol. Tipe ekor pada ikan nila homocercal.
Untuk bagian bagian anatomi ikan nila, dari bagian jantung (cor) berbentuk bulat tidak terlalu besar, kemudian hati (hepar) berukuran besar jika dibanding dengan organ lainnya, selanjutnya bagian kelenjar empedu (vesica fellea) berbentuk bulat hitam yang terletak disamping organ hati. Bagian lainnya yaitu usus (intestinum) yang berbentuk gumpalan urat. Selain itu ada bagian reproduksi yaitu sel telur karena ikan nila tersebut berkelamin betina. Kemudian untuk insang (branchialis) sebagai alat pernapasan tersusun atas, lengkung insang (arcus branchialis) dan lembaran insang (hemi branchialis). Sistem pencernaan pada ikan nila mulai dari cavum oris, eshopagus, pharinx, tractum digestivum, ventriculum, intestinny, dan anus. Pada sistem syaraf terdapat affactoylobe, telencephalon, opticlobe, dan cerebellum. Sistem urogenital pada ikan nila terdapat megonephyroy, ductus, mesonephridreus, ovarium, vesica urihania, urogenitalis sinus urogenitalis, dan porus.
Pada osteichtyes bentuk tubuh bermacam-macam, tapi sebagian besarberbentuk gelendong pipih, ukran tinggi tubuh lebih daripada lebarnya, maka penampang potongannya berbentuk oval. Bentuk gelendong atau terpedo memudahkan untuk gerak dalam air. Kepala terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhir operculum (tutup insang). Badan membentang dari akhir operculum sampai anus dan sisanya adalah ekor. Mulut terdapat di ujung muka moncong mempunyai rahang yang bergigi baik. Sebelah dorsal moncong terdapat sepasang fovea nasalis (lubang hidung sebelah luar) yang sebelah dalamnya terdapat sacci olfactorious, mata terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata. Disebelah belakang mata terbentang operculum, di dalam di bawahnya terdapat sejumlah sisir insang. Anus dan apertura urogenitalis terdapat dimuka pina analis. Pada punggung terdapat pinna dorsalis, pada akhir badan terdapat pina caudalis, dan daerah ventral di bagian ekor terdapat analis, sedangkan di sebelah lateral terdapat sepasang pinna pectoralis yang terletak dibelakang operculum dan sebelah bawahnya terdapat sepasang pina pelvicus atau pina abdominalis. Pada tipe ekor homocercal yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekor dan ekor berujung tumpul. Pada tipe sisik stenoid berbentuk bulat agak lonjong berduri kecil-kecil pada bagian anterior, sedang pada pasterior memecah diri menjadi beberapa bagian (Jasin, 1884).
Alat pencernaan terdiri atas (Nurhidayat, 2002):
a.         Saluran pencernaan yang meliputi mulut, rongga mulut, pharynx, oesophagus, lambung, pylorus, usus, rectum, dan anus.
b.        Kelenjar pencernaan yang meliputi: hati dan empedu serta pankreas. organ-organ pada ikan nila sebagai berikut (Nurhidayat, 2002):
1.      Mulut
Posisi mulut pada ikan sangatlah bervariasi di setiap jenis ikan. Hal ini sangat tergantung dari kebiasaan memakan ikan, jenis pakan yang dimakan serta ukuran pakan yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Jadi fungsi dari mulut adalah sebagai alat untuk memasukkan makanan. Makanan oleh ikan tidak dikunyah atau dicerna seperti vertebrata kecuali beberapa jenis ikan herbivor. Mulut dan tepi mulut dilengkapi dengan ujung saraf dan gigi yang berbeda-beda letak, jumlah dan morfologinya. Lapisan rongga mulut terdiri dari sel epitel lendir berlapis menempel pada membran dasar yang tebal dan dilekatkan pada tulang atau urat daging dengan dermis yang tebal. Secara histologis, rongga mulut dan faring seperti epitel kulit, mempunyai sel kejut lebih sedikit dan sel lendir lebih banyak ditemukan di seluruh permukaan. Lamina propria yang padat dan submukosa dari tenunan ikat alveolar terdapat di bawah epitel mukosa. Bagian faring posterior dilapisi bentuk lipatan longitudinal yang pipih. Rongga tutup insang sekitar insang mempunyai epitel tebal dengan beberapa sel lendir dan sel kejut. Gigi bila ada terdapat pada tulang faring bawah dan atas, sedangkan gigi rahang dan faring kecil dan jumlahnya banyak.
2.      Lambung
Lambung merupakan segmen dari pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan untuk dapat menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis ikan yang satu dengan yang lainnya. Secara umum fungsi lambung itu sama yaitu unutk menampung dan mencerna makanan, namun secara anatomis terdapat variasi dalam bentuk.
3.      Usus
Walaupun panjangnya bergantung pada jenis makanannya, usus ikan berupa tabung sederhana yang berukuran sama dari lambung sampai dubur. Jadi tidak mempunyai usus besar. Bentuknya dapat lurus seperti pada betutu dan lele atau melingkar-lingkar seperti ikan nila, mas dan gurame bergantung pada bentuk rongga perut. Mempunyai lapisan epitel kolumnar sederhana, sel lendir melapisi lapisan submukosa yang berisi sel eosinofilik bergranula, berbatasan dengan mukosa muskularis lapisan usus.
4.      Hati
Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna merah kecoklatan. Secara umum posisi hati terletak pada rongga bawah tubuh, di belakang jantung dan di sekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantung bulat kecil, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiru-biruan.
5.      Ginjal
Ginjal terletak di bagian atas peritonium (retroponium), sejajar dan di bawah tulang belakang. Berwarna coklat muda. Ginjal ikan nila merah ini berkembang dengan baik, sehubungan dengan kondisi lingkungan air tawar yang hipotonik terhadap cairan tubuh. Fungsi dari ginjal tersebut adalah suatu organ yang berperan dalam penyaringan beberapa bahan buangan sisa metabolisme.
6.      Insang
pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang.
7.      Jantung
Peranan jantung sangat penting dalam hubungannya dengan pemompaan darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah. Sirkulasi darah adalah sistem yang berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi, senyawa N, dari tempat asal ke seluruh bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran darah sampai ke bagian-bagian jaringan-jaringan tubuh. Jantung ikan nila merah terletak di belakang insang di bagian depan rongga badan dan di atas ithmus. Organ jantung dilapisi oleh selaput tipis yang disebut lapisan perikardium. Bagian-bagian jantung ikan ini adalah sinus venosus, atrium, ventrikel, dan bulbus arteriosus. Ruang jantung dipisahkan oleh sebuah klep berbentuk setengah bulat, bagian luar jantung ditutupi oleh epikardium yang terdiri atas perikardial mesothelium dan sedikit jaringan pengikat pembuluh-pembuluh darah terdapat bagian antara epikardium dan otot jantung.
8.      Otak
Salah satu sistem saraf yang dapat diamati secara anatomi adalah otak. Otak merupakan pusat kegiatan saraf, terletak di dalam rongga neurocranium, berbentuk seperti bunga karang berwarna putih tulang cenderung kekuningan. Fungsi otak pada dasarnya untuk setiap makluk hidup sama, yaitu :
1)      sebagai bagian input, otak menerima dan menafsirkan informasi dari semua alat indera, internal maupun eksternal.
2)      Sebagai bagian output, otak mengirim peringatan terkoordinir ke semua bagian tubuh, dapat sebagai simpul saraf atau hormon
3)      Sebagai perpaduan dari kedua aspek fungsi otak tersebut. Susunan otak ikan mirip seperti hewan vertebrata yang lain.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Osteichthyes atau disebut juga Ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari Pisces. Pada praktikum Osteicthyes kami mengamati morfologi maupun anatomi yang dimiliki oleh ikan bertulang keras ini, ikan yang kami gunaakn pada saat praktikum adalah ikan nila pada ikan nila terdapat tipe sisik yaitu stenoid, tdan ipe ekor protocercal di dalam tubuh ikan terdapat organ seperti lambung, hati ginjal dan lain-lain.

5.2 Saran
Pada saat praktikum sebaiknya prkatikan hati-hati saat membeda ikan jangan sampai organ ikan tersebut rusak, sehingga tidak jelas saat diamati, juga lebih teliti daalm mengamati tipe sisik, tipe ekor maupun bagian lainnya.

















DAFTAR PUSTAKA
A.  Campbell Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta

Anonim. 2007. Fisiologi Hewan Air. Ilmu Perairan Institut Pertanian Bogor 2007.Website:http://ejournal.uajy.ac.id/3965/3/2BL01036.pdf. Di akses pada hari minggu, 4 Mei 2014. Pukul 13.00 WIB.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.

Nurhidayat, M. A. dan A. Sucipto. 2002. Budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus). Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Website :http://www. seafoodsavers.org/files/file_templates/id/2014/03/85_bmp_budidaya_ikan_nila.pdf. Di akses pada hari sabtu, 3 Mei 2014. Pukul 10.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar