LAPORAN PRAKTIKUM
ZOOLOGI
VERTEBRATA
OSTEICTHYES
Dosen Pembimbing:
Awalul Fatiqin M,si.
Oleh:
Gestri Rolahnoviza
NIM: 12222040
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteichthyes atau ikan bertulang
sejati, terdiri atas kurang lebih 25000 spesies dan merupakan vertebrata yang
paling sukses, dan yang berkembang menjadi vertebrata darat atau tetrapoda.
Mereka muncul pada periode Silur, diduga sebagai ikan air tawar dan ikan laut (Campbell
dll, 2008).
sebagian besar
vertebrata yang tergolong ke dalam klad gnatostoma disebut Osteichtyes, seperti
banyak bnama taksonomi yang lain, nama Osteichtyes (‘ikan bertulang’)
dicetuskan jauh sebelum perkembangan sistematika filogenik. Ketika pertama kali
didefinisikan, kelompok ini tidak mencakup tetrapoda, namum kini kita tahu
bahwa takson semacam itu akan menjadi parafiletik. Oleh karena itu para ahli
sistematika kini memasukkan tetrapoda bersama dengan ikan bertulang ke dalam
klad Osteichtyes. Jelaslah bahwa nama kelompok ini tidak secara akurat
mendeskripsikan semua anggotanya. Tidak seperti kondriktia, hampir semua osteiktia (osteichthyan) yang masih ada
memiliki endoskeleton yang terosifikasi (bertulang) dengan matriks kalsium
fosfat yang keras. Seperti yang dibahass sebelumnya, beberapa bukti menunjukkan
bahwa nenek moyang bersama kondriktia dan osteiktia sudah sanat terosifikasi
dan bahwa kondriktia kemudian kehilangan banyak tulangnya. Akan tetapi,
beberapa saintis mempermasalahkan kesimpulan ini, dan hingga lebih banyak fosil
kondriktia dan osteiktia awal ditemukan, pertanyaan tersebut belum terjawab
(Campbell dll, 2008).
Ikan bertulang sejati berbeda dengan
ikan bertulang rawan dalam berbagai hal. Salah satu perbedaannya ialah pada
perkembangan paru-paru dan gelembung renang sebagai suatu divertikulum dari
usus bagian depan. Gelembung renang merupakan alat hidrostatik, sedangkan
paru-paru merupakan ciri khas dari tiga subclass ikan bertulang sejati yaitu
Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii di dalamnya termasuk
Rhipidistia yang sekarang telah musnah yang diduga merupakan leluhur dari
tetrapoda, dan ikan paru-paru sekarang. Pada subkelas ketiga yaitu
Actinopterygii divertikulum dari usus depan berkembang menjadi gelembung renang
yang mempunyai fungsi sebagai alat hidrosttik
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum tentang Osteichyes atau ikan bertulang keras adalah sebagai
berikut:
1.
Menggambar dan menentukan bagian-bagian
tubuh ikan
2.
Menentukan organ-organ daerah kepala
3.
Menunjukkan organ-organ bagian dalam
4.
Menunjukkan organ yang menyusun bagian
ekor
5.
Menjelaskan topografi (letak organ satu
dengan organ yang lain)
6.
Dapat melakukan identifikasi berdasarkan
ciri-ciri morfologi
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Osteichetyes
Sebagian
besar vertebrata yang tergolong dalam klas gnatostoma
disebut Osteichtyes. Nama Osteichtyes (ikan bertulang) dicetuskan jauh sebelum perkembangan
sistematik filogenetik. Ketika pertama kali didefinisikan, kelompok ini tidak
mencakup kelompok tetrapoda. Tidak seperti kondriktia semua osteiktia yang
masih ada memiliki endoskeleton yang terosifikasi (bertulang) dengan matriks
kalsium fosfat yang keras (Campbell, 2008).
Osteichthyes adalah kelompok taksonomi ikan yang
bertulang, sebagai lawan kartilaginosa, kerangka. Sebagian besar ikan
osteichthyes, yang merupakan kelompok yang sangat beragam dan berlimpah terdiri
atas lebih dari 29.000 spesies.
Kelas osteichtyes mulutnya
terdapat di bagian depan tubuh. Celah insang satu di masing-masing sisi kepala. Sirip ekor memiliki panjang yang sama pada
bagian atas dan bawah. Kulit licin karena sekresi mucus oleh kelenjar pada kulit. Adanya gelembung renang sehingga tidak
tenggelam saat tidak bergerak. Sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh. Usus panjang dan ramping menggulung. Fertilisasi
eksternal bersifat ovivar. Klasifikasi Kelas Osteichthyes antara lain (Anonim, 2007):
1. Sub Kelas Actinopterygii ( Ikan Sirip Kipas )
Hampir semua
ikan yang akrab dengan kita merupakan bagian dari 27.000 lebih spesies ikan
bersirip duri (ray-finned fish). Ikan
bersirip duri berasal dari perairan air tawar dan menyebar ke lautan. Berbagai
jenis ikan bersirip duri kembali keperairan tawar pada beberapa titik dalam
evolusinya. Beberapa di antaranya, termasuk salem dan trout tertentu, mengulang
kembali perjalanan bolak balik
evolusinya dari perairan tawar ke laut dan kembali ke perairan tawar
selama siklus hidupnya. Ikan bersirip duri berfungsi sebagai protein utama bagi
manusia (Campbell, 2008).
Actinopterygii
memiliki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur sehingga disebut kelompok ikan bersirip duri. Contoh
ikan bersirip duri adalah ikan mas (Cyprinus
carpio), ikan cupang (Betta splendens),
ikan gurami (Osphronemus gouramy),
ikan badut (Premnas biaculeatus),
ikan kakap merah (Lutjanus bitaeniatus),
dan ikan louhan (Cichlasoma sp.).
2. Sub Kelas Sarcopterygii ( Ikan Sirip Berdaging )
Memiliki sirip dada
dan sirip pelvis yang berotot, digunakan untuk berjalan di dasar perairan /
darat. Karakter
keturunan sirip daring yang penting adalah keberadaan tulang-tulang berbentuk
batang yang dikelilingi oleh selapis otot tebal pada sirip pektoral dan sirip
pelvisnya (Campbell, 2008).
Sarcopterygii memiliki sirip dada
dan sirip pelvis yang berotot. Sirip ini digunakan untuk berjalan di dasar
perairan atau darat. Ikan yang termasuk kelompok ini adalah ikan bersirip lobus
dan ikan paru-paru (lungfish).
a. Ordo Crossopterygii Contoh : Latimeria
chalumnae, Latimeria menadoensis
b. Ordo Dipnoi ( Ikan Paru ) Contoh : Neoceratodus forster
Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air
adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk
identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang
berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi (Jasin, 1989).
Ikan tulang sejati umumnya memiliki sepasang sirip
pektoral, satu atau dua (tidak berpasangan) sirip dorsal, sebuah sirip ventralis
dan sebuah sirip ekor, sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang
dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu
(Jasin, 1989):
1. Pinna
dorsalis (dorsal fin) adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh
ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan
pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.
2. Pinna
pectoralis (pectoral fin) adalah
sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada
kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, kesamping
dan diam (mengerem).
3. Pinna
ventralis (ventral fin) adalah sirip yang berada pada bagian perut. Ikan
dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga
berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
4. Pinna analis
(anal fin) adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah
posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang
ikan.
5. Pinna
caudalis (caudal fin) adalah siripikan yang berada di bagian posterior
tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besarikan, sirip ini
berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
6. Adipose fin
adalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini
adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.
Menurut Jasin (1989). Anatomi sirip
ekor dapat dibedakan atas 4 tipe, antara lain:
1. Protocercal, yaitu bila akhir kolumna vertebralis sampai pada
ujung ekor dan ekornya berujung tumpul.
2. Diphicercal, bila akhir kolumna vertebralis sampai ujung ekor dan ekornya berujung
meruncing.
3.
Homocercal, bila kolumna
vertebralis berakhir tidak pada ujung ekor, tetapi sedikit membelok ke atas
dengan ujung ekor terbagi menjadi dua bagian yang sama.
4. Heterocercal, bila kolumna vertebralis berakhir menjorok ke salah satu ujung ekor yang
membagi diri menjadi dua bagian yang tidak sama. Dibedakan menjadi episirkal
dan hiposirkal.
Gambar 1. Tipe ekor
(Sumber: Anonim, 2012)
Menurut Jasin (1989) menjelaskan
bahwa sisik-sisik pada hewan, secara struktur umumnya merupakan bagian dari sistem
integumen, yakni penutup
luar tubuh binatang. Ada beberapa macam sisik ikan yang dikenal, yakni :
a.
Sisik kosmoid (cosmoid), sisik kosmoid
yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah
punah. Sisik ini berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam terbangun dari tulang
yang memipih. Di atasnya berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan di
atasnya lagi, selapis bahan serupa email gigi yang disebut kosmin (cosmine). Kemudian
di bagian terluar terdapat lapisan keratin. Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang,
yang kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid
sejati.
b.
Sisik ganoid, Sisik-sisik
ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae. Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan
sebuah lapisan ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel. Tipe
sisik ganoid berbentuk seperti belah ketupat yang tersusun amat rapat satu sama
lain dan tersusun searah diagonal tubuh. Diatas lempengan dasar sisik dilapisi
oleh subtansi mirip email tipis, disebut ganion. Sebagian besar sisik pipih
pada sturgeon sedikit mengandung ganion dan pada paddlefish hanya memiliki
sangat sedikit sisik ganoid.
c. Sisik plakoid, Sisik-sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu
dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya. Sisik-sisik ini memiliki struktur serupa
gigi.
d.
Sisik leptoid, Sisik-sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang
keras, dan memiliki dua bentuk. Yakni sisik sikloid (cycloid) dan
ktenoid (ctenoid).
Gambar
2. Tipe sisik
(Sumber:
Anonim, 2012)
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun dilaksanakannya
praktikum zoologi vertebrata tentang Osteichtyes pada hari Rabu, 30 April 2014
pukul 13.20 WIB di laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah
Palembang.
3.2
Alat dan Bahan
a.
Alat Praktikum
1. Media
gambar
2. Mikroskop
stereo
3. Loupe
4. Gelas
arloji
5. Seperangkat
alat bedah
6. Lap
(serbet)
b.
Bahan Praktikum
Nila (Oreochromis niloticus).
3.3
Cara Kerja
1. Persiapan
bahan amatan
a. Menyediakan
ikan segar (Nila).
b. Menyediakan
alat bantu pengamatan seperti mikroskop stereo, loupe dan alat-alat yang lain.
2. Melakukan pengamatan, antara lain:
a. Ikan
yang masih segar diletakkan di gelas arloji, kemudian di amati dibawah
mikroskop stereo.
b. Melakukan
pengamatan sesuai dengan petunjuk pada fokus pengamatan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Gambar
pengamatan morfologi ikan
|
Gambar
pengamatan kepala ikan
|
Gambar
pengamatan tipe sisik
|
Gambar
pengamatan tipe ekor
|
Gambar
pengamatan tulang
|
Gambar
pengamatan anatomi ikan nila
|
Gambar
pengamatan sistem pencernaan
|
Gambar
pengamatan sistem otot
|
Gambar
pengamatan sistem syaraf
|
Gambar
pengamatan sistem Urogenital
|
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan ikan
nila di bagian caudal terdapat sirip ekor (pinna
caudalis). Bagian badan (truncus)
terdapat sirip punggung (pinna dorsalis),
sirip bagian bawah (pinna analis),
sisik (squama) pada bagian bawah
sisik terdapat guratan sisi (linea
lateralis). Kemudian untuk bagian sirip
yang berfungsi sebagai alat keseimbangan dalam pergerakannya, terdapat sirip
dada (pinna pectoralis), kemudian
terletak dibawah sirip dada terdapat sirip belakang ikan (pinna analis). Kepala (caput)
terdiri atas bagian-bagian mulai dari rongga mulut (rima oris) sebagai jalan keluar masuknya air maupun makanan,
cekukan hidung (fovea nasalis) yang
terletak diatas mulut, kemudian mata (organon
visus) sebagai alat pengelihatan, serta bagian penutup insang (operculum) yang terletak disamping
bagian kepala yang berdekatan dengan organon visus. Tipe sisik ikan nila
adalah stenoid, pada tulang terdapat intermucular bone, neural, notochord,
tronsverse, proceerse, rib, sentum, spine, dan carol. Tipe ekor pada ikan
nila homocercal.
Untuk
bagian bagian anatomi ikan nila, dari bagian jantung (cor) berbentuk bulat tidak terlalu besar, kemudian hati (hepar) berukuran besar jika dibanding
dengan organ lainnya, selanjutnya bagian kelenjar empedu (vesica fellea) berbentuk bulat hitam yang terletak disamping organ
hati. Bagian lainnya yaitu usus (intestinum)
yang berbentuk gumpalan urat. Selain itu ada bagian reproduksi yaitu sel telur
karena ikan nila tersebut berkelamin betina. Kemudian untuk insang (branchialis) sebagai alat pernapasan
tersusun atas, lengkung insang (arcus
branchialis) dan lembaran insang (hemi
branchialis). Sistem pencernaan pada ikan nila mulai dari cavum oris, eshopagus, pharinx, tractum
digestivum, ventriculum, intestinny, dan anus. Pada sistem syaraf terdapat affactoylobe, telencephalon, opticlobe,
dan cerebellum. Sistem urogenital
pada ikan nila terdapat megonephyroy,
ductus, mesonephridreus, ovarium, vesica
urihania, urogenitalis sinus urogenitalis, dan porus.
Pada osteichtyes
bentuk tubuh bermacam-macam, tapi sebagian besarberbentuk gelendong pipih,
ukran tinggi tubuh lebih daripada lebarnya, maka penampang potongannya
berbentuk oval. Bentuk gelendong atau terpedo memudahkan untuk gerak dalam air.
Kepala terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhir operculum (tutup insang). Badan
membentang dari akhir operculum sampai
anus dan sisanya adalah ekor. Mulut terdapat di ujung muka moncong mempunyai
rahang yang bergigi baik. Sebelah dorsal moncong terdapat sepasang fovea nasalis (lubang hidung sebelah
luar) yang sebelah dalamnya terdapat sacci
olfactorious, mata terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata. Disebelah
belakang mata terbentang operculum,
di dalam di bawahnya terdapat sejumlah sisir insang. Anus dan apertura
urogenitalis terdapat dimuka pina analis.
Pada punggung terdapat pinna dorsalis,
pada akhir badan terdapat pina caudalis,
dan daerah ventral di bagian ekor terdapat analis, sedangkan di sebelah lateral
terdapat sepasang pinna pectoralis
yang terletak dibelakang operculum
dan sebelah bawahnya terdapat sepasang pina
pelvicus atau pina abdominalis.
Pada tipe ekor homocercal yaitu akhir
columna vertebralis sampai ujung ekor
dan ekor berujung tumpul. Pada tipe sisik stenoid berbentuk bulat agak lonjong
berduri kecil-kecil pada bagian anterior, sedang pada pasterior memecah diri menjadi
beberapa bagian (Jasin, 1884).
Alat pencernaan terdiri atas (Nurhidayat,
2002):
a.
Saluran pencernaan yang meliputi mulut, rongga mulut,
pharynx, oesophagus, lambung, pylorus, usus, rectum, dan anus.
b.
Kelenjar pencernaan yang meliputi: hati dan empedu
serta pankreas. organ-organ pada ikan nila sebagai berikut (Nurhidayat, 2002):
1. Mulut
Posisi mulut pada ikan sangatlah bervariasi di setiap jenis ikan. Hal ini
sangat tergantung dari kebiasaan memakan ikan, jenis pakan yang dimakan serta
ukuran pakan yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Jadi fungsi dari mulut
adalah sebagai alat untuk memasukkan makanan. Makanan oleh ikan tidak dikunyah
atau dicerna seperti vertebrata kecuali beberapa jenis ikan herbivor. Mulut dan
tepi mulut dilengkapi dengan ujung saraf dan gigi yang berbeda-beda letak,
jumlah dan morfologinya. Lapisan rongga mulut terdiri dari sel epitel lendir
berlapis menempel pada membran dasar yang tebal dan dilekatkan pada tulang atau
urat daging dengan dermis yang tebal. Secara histologis, rongga mulut dan
faring seperti epitel kulit, mempunyai sel kejut lebih sedikit dan sel lendir
lebih banyak ditemukan di seluruh permukaan. Lamina propria yang padat dan
submukosa dari tenunan ikat alveolar terdapat di bawah epitel mukosa. Bagian
faring posterior dilapisi bentuk lipatan longitudinal yang pipih. Rongga tutup
insang sekitar insang mempunyai epitel tebal dengan beberapa sel lendir dan sel
kejut. Gigi bila ada terdapat pada tulang faring bawah dan atas, sedangkan gigi
rahang dan faring kecil dan jumlahnya banyak.
2. Lambung
Lambung merupakan segmen dari pencernaan yang diameternya relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini
berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan untuk
dapat menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis ikan yang satu dengan yang lainnya. Secara umum fungsi
lambung itu sama yaitu unutk menampung dan mencerna makanan, namun secara
anatomis terdapat variasi dalam bentuk.
3. Usus
Walaupun panjangnya bergantung pada jenis makanannya, usus ikan berupa
tabung sederhana yang berukuran sama dari lambung sampai dubur. Jadi tidak
mempunyai usus besar. Bentuknya dapat lurus seperti pada betutu dan lele atau
melingkar-lingkar seperti ikan nila, mas dan gurame bergantung pada bentuk
rongga perut. Mempunyai lapisan epitel kolumnar sederhana, sel lendir melapisi
lapisan submukosa yang berisi sel eosinofilik bergranula, berbatasan dengan
mukosa muskularis lapisan usus.
4. Hati
Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses
pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna
merah kecoklatan. Secara umum posisi hati terletak pada rongga bawah tubuh, di
belakang jantung dan di sekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ
berbentuk kantung bulat kecil, oval atau memanjang dan berwarna hijau
kebiru-biruan.
5. Ginjal
Ginjal terletak di bagian atas peritonium (retroponium), sejajar dan di
bawah tulang belakang. Berwarna coklat muda. Ginjal ikan nila merah ini
berkembang dengan baik, sehubungan dengan kondisi lingkungan air tawar yang hipotonik
terhadap cairan tubuh. Fungsi dari ginjal tersebut adalah suatu organ yang
berperan dalam penyaringan beberapa bahan buangan sisa metabolisme.
6. Insang
pada insang, sel-sel yang berperan dalam osmoregulasi adalah sel-sel
chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang.
7. Jantung
Peranan jantung sangat penting dalam hubungannya dengan pemompaan darah ke seluruh
tubuh melalui sistem sirkulasi darah. Sirkulasi darah adalah sistem yang
berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen,
karbondioksida, garam-garam, antibodi, senyawa N, dari tempat asal ke seluruh
bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran darah
sampai ke bagian-bagian jaringan-jaringan tubuh. Jantung ikan nila merah
terletak di belakang insang di bagian depan rongga badan dan di atas ithmus.
Organ jantung dilapisi oleh selaput tipis yang disebut lapisan perikardium.
Bagian-bagian jantung ikan ini adalah sinus venosus, atrium, ventrikel, dan
bulbus arteriosus. Ruang jantung dipisahkan oleh sebuah klep berbentuk setengah
bulat, bagian luar jantung ditutupi oleh epikardium yang terdiri atas perikardial
mesothelium dan sedikit jaringan pengikat pembuluh-pembuluh darah terdapat
bagian antara epikardium dan otot jantung.
Salah satu sistem saraf yang dapat diamati secara anatomi adalah otak. Otak
merupakan pusat kegiatan saraf, terletak di dalam rongga neurocranium,
berbentuk seperti bunga karang berwarna putih tulang cenderung kekuningan.
Fungsi otak pada dasarnya untuk setiap makluk hidup sama, yaitu :
1)
sebagai bagian input, otak menerima dan menafsirkan
informasi dari semua alat indera, internal maupun eksternal.
2)
Sebagai bagian output, otak mengirim peringatan
terkoordinir ke semua bagian tubuh, dapat sebagai simpul saraf atau hormon
3)
Sebagai perpaduan dari kedua aspek fungsi otak
tersebut. Susunan otak ikan mirip seperti hewan vertebrata yang lain.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Osteichthyes atau disebut juga Ikan
bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang
merupakan subfilum dari Pisces. Pada praktikum Osteicthyes kami
mengamati morfologi maupun anatomi yang dimiliki oleh ikan bertulang keras ini,
ikan yang kami gunaakn pada saat praktikum adalah ikan nila pada ikan nila
terdapat tipe sisik yaitu stenoid, tdan ipe ekor protocercal di dalam tubuh
ikan terdapat organ seperti lambung, hati ginjal dan lain-lain.
5.2
Saran
Pada saat praktikum
sebaiknya prkatikan hati-hati saat membeda ikan jangan sampai organ ikan
tersebut rusak, sehingga tidak jelas saat diamati, juga lebih teliti daalm
mengamati tipe sisik, tipe ekor maupun bagian lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
A.
Campbell
Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter
V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi
Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Anonim.
2007. Fisiologi Hewan Air. Ilmu Perairan Institut Pertanian Bogor 2007.Website:http://ejournal.uajy.ac.id/3965/3/2BL01036.pdf. Di akses pada hari minggu, 4 Mei
2014. Pukul 13.00 WIB.
Jasin,
Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan
Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.
Nurhidayat, M.
A. dan A. Sucipto. 2002. Budidaya ikan nila
(Oreochromis niloticus). Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Website :http://www.
seafoodsavers.org/files/file_templates/id/2014/03/85_bmp_budidaya_ikan_nila.pdf.
Di akses pada hari sabtu, 3 Mei 2014. Pukul 10.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar